Di Tengah Pusaran Hoaks dan Gugatan Hukum, Secarik Ijazah Menjadi Medan Politik yang Absurd

Avatar photo

- Pewarta

Sabtu, 17 Mei 2025 - 06:53 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mantan Presiden Joko Widodo. (Dok. presidenri.go.id)

Mantan Presiden Joko Widodo. (Dok. presidenri.go.id)

JAKARTA – Sebuah kertas kuning tua bersampul cokelat tua, dicetak di atas latar lambang garuda, kini menjadi bahan sengketa publik yang tak kunjung padam.

Bukan ijazah siapa-siapa—tapi milik mantan Presiden Joko Widodo (Joklwi)

Sejak masa kampanye pilpres pertama pada 2014 hingga dua periode kepemimpinannya hampir tuntas.

Lembar dokumen itu tetap menjadi bahan spekulasi, gugatan, bahkan sindiran yang menjelma menjadi senjata politik.

Narasinya selalu berulang: apakah ijazah sarjana milik Jokowi dari Universitas Gadjah Mada itu asli atau palsu?

Isu ini kembali mencuat pada 2022, saat Bambang Tri Mulyono, seorang warga yang mengaku penulis independen, menggugat Jokowi ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Ia menyatakan bahwa ijazah yang digunakan Presiden untuk mendaftar sebagai calon presiden adalah “tidak sah secara hukum” karena diduga palsu.

Gugatan itu kontan menimbulkan kehebohan, meski pengadilan akhirnya menolak perkara tersebut.

Dari sisi hukum, persoalan ini sebenarnya sudah dianggap selesai.

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

UGM melalui berbagai pernyataan resmi berkali-kali menegaskan bahwa Joko Widodo adalah alumni Fakultas Kehutanan angkatan 1980 dan lulus tahun 1985.

Rektor UGM saat itu, Panut Mulyono, bahkan menyebut data akademik Jokowi bisa ditelusuri lengkap di arsip kampus.

Beberapa dosen dan teman seangkatan juga angkat bicara, membenarkan bahwa Jokowi adalah bagian dari mereka.

Namun, seperti teori konspirasi yang tak pernah kehabisan bensin, isu ini terus dihidupkan di lorong-lorong media sosial, grup pesan instan, hingga kanal YouTube konspiratif.

Di sana, retorika menggantikan bukti, dan keraguan dijual sebagai kebenaran.

Masalahnya, pemerintah tampak tidak pernah menanganinya secara terang dan terbuka.

Klarifikasi bersifat formal dan normatif, tidak disertai upaya yang menjawab rasa ingin tahu publik secara tuntas.

Tidak ada konferensi pers besar dari UGM yang menghadirkan arsip akademik, tidak ada dokumentasi sejarah perkuliahan Jokowi yang bisa diakses publik.

Semua seolah diserahkan kepada kepercayaan – dan di situlah masalahnya.

Ketika politik identitas makin mendominasi ruang publik, keraguan terhadap satu simbol bisa menjadi alat delegitimasi.

Di sisi lain, kelompok pendukung pemerintah kerap menyederhanakan isu ini sebagai “fitnah musiman,” menolak berdiskusi lebih jauh dengan label hoaks atau ujaran kebencian.

Padahal, dalam demokrasi, transparansi tak boleh hanya ditawarkan kepada yang mau percaya.

Ia harus dibuka bahkan kepada mereka yang tak percaya—karena justru di sanalah kepercayaan publik diuji.

Mengapa secarik ijazah bisa sedemikian politis? Jawabannya bukan pada dokumen itu sendiri, tetapi pada figur yang menyandangnya.

Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.

Jokowi adalah presiden yang muncul dari luar lingkar elite politik tradisional.

Ia bukan anak jenderal, bukan keturunan bangsawan partai, bukan bagian dari “aristokrasi Jakarta”.

Peluang bagi aktivis pers pelajar, pers mahasiswa, dan muda/mudi untuk dilatih menulis berita secara online, dan praktek liputan langsung menjadi jurnalis muda di media ini. Kirim CV dan karya tulis, ke WA Center: 087815557788.

Ia muncul dari Solo dengan gaya blusukan dan bahasa yang membumi.

Justru karena itu, sebagian kelompok sulit menerima legitimasi kepemimpinannya.

Ketika tidak bisa menyerang kekuasaan lewat kebijakan, mereka menggugat fondasi personalitasnya.

Maka, ijazah menjadi lambang—bukan sekadar kelulusan dari kampus, tetapi simbol layak tidaknya seseorang memegang tampuk kekuasaan.

Dan seperti simbol lainnya, ia bisa dimuliakan atau dibakar.

Kini, isu ijazah Jokowi mungkin tak akan mengubah konstelasi politik secara langsung.

Tapi ia meninggalkan catatan penting tentang bagaimana demokrasi bisa terseret ke wilayah yang absurd.

Jika dokumen bisa lebih dipercaya atau dipertanyakan bukan karena fakta, tapi karena siapa yang memegangnya.***

Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com

Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.

Indonesia Media Center (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.

Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.

Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.

Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Infoemiten.com dan Panganpost.com

Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Infoseru.com dan Poinnews.com

Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Jatengraya.com dan Hallobandung.com

Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center

Berita Terkait

Sohibul Iman Pimpin Majelis Syuro PKS, Al Muzammil Yusuf Resmi Menjabat Presiden Partai Keadilan Sejahtera
Belum Genap Setahun Menjabat Hasan Nasbi Mundur dari Kepala Komunikasi Kepresidenan, Ini Alasannya
Lakukan Perbaikan Citra dan Pulihkan Nama Baik, Beginilah 5 Jalan yang Dilakukan oleh Press Release
Silaturahmi Idul Fitri, Akhirnya Prabowo Subianto Bertemu dengan Megawati Soekarno Putri 2,5 Jam
Tak Sebut Nama Gibran Rakabuming Raka, Presiden Prabowo Subianto Beri Kode Soal Calon Presiden ke 9
Ketua DEN Luhut Binsar Pandjaitan Tanggapi Kritik Publik Terhadap Pemerintah Lewat Aksi ‘Indonesia Gelap’
Jokowi Sempat Negosiasi Menolak untuk Berikan Sambutan di Puncak Peringatan HUT ke-17 Gerindra
Ketua Umum Surya Paloh Tak Hadir di Kediaman Prabowo Subianto, Partai NasDem Beber Alasannya

Berita Terkait

Kamis, 5 Juni 2025 - 11:27 WIB

Sohibul Iman Pimpin Majelis Syuro PKS, Al Muzammil Yusuf Resmi Menjabat Presiden Partai Keadilan Sejahtera

Sabtu, 17 Mei 2025 - 06:53 WIB

Di Tengah Pusaran Hoaks dan Gugatan Hukum, Secarik Ijazah Menjadi Medan Politik yang Absurd

Kamis, 1 Mei 2025 - 07:01 WIB

Belum Genap Setahun Menjabat Hasan Nasbi Mundur dari Kepala Komunikasi Kepresidenan, Ini Alasannya

Senin, 28 April 2025 - 08:19 WIB

Lakukan Perbaikan Citra dan Pulihkan Nama Baik, Beginilah 5 Jalan yang Dilakukan oleh Press Release

Selasa, 8 April 2025 - 13:37 WIB

Silaturahmi Idul Fitri, Akhirnya Prabowo Subianto Bertemu dengan Megawati Soekarno Putri 2,5 Jam

Berita Terbaru